40 Tahun Jabat Tangan AS-US di Ruang Angkasa
Hari ini empat dekade lalu, Kosmosnot Uni Soviet Aleksey
Leonov dan Astronot Tom Stafford bertemu di luar angkasa, berjabat tangan, dan
dunia yang sekian tahun dicekam Perang Dingin tersenyum.
Hari ini, 18 Juli 2015, keduanya bertemu untuk bernostalgia.
Keduanya adalah kosmonot dan astronot yang terlibat Apollo-Soyuz Test Project, Juli 1975. AS meluncurkan Apollo, dan Uni Soviet melepas Soyuz. Dua pesawat luar angkasa itu bertemu di ruang angkasa, yang ditandai dengan Leonov-Stafford saling jabat tangan.
Dunia melihat peristiwa itu sebagai sinyal detente, atau peredaan ketegangan pertama, dan akhir space race yang melibatkan AS dan Uni Soviet.
"Juli 1975, Apollo dan Soyuz bergandengan. Kami bekerja bersama," kenang Stafford kepada Russia Today.
"Peristiwa itu adalah bukti bahwa dua negara dengan bahasa dan sistem politik berbeda bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan tunggal," lanjutnya.
Menurut Stafford, Juli 1975 adalah puncak Perang Dingin. Dunia nyaris terjerumus ke dalam Perang Dunia III, yang melibatkan senjata nuklir, dan umat manusia di berbagai belahan dunia terancam kepunahan.
"Jabat tangan kami membuktikan politik tidak pernah mencapai ruang angkasa," katanya.
Jabat tangan diikuti 46 kerja sama dan rekreasi. Ada eksperimen ilmiah bersama, saling bertukar hadiah, sertifikat, dan saling kunjung kru Soyuz dan Apollo.
"Kru berbincang dalam Bahasa Rusia dan Inggris saat makan malam," kata Leonov.
Stafford dan Leonov sadar betapa keduanya telah menjadi simbol persahabatan dua kekuatan yang terlibat Perang Dingin. Kesadaran ini diperlihatkan dengan persahabatan intens, setelah keduanya kembali ke Bumi.
Sampai saat ini warisan misi Apollo-Soyuz masih menjadi obligasi kerjasama AS dan program ruang angkasa Rusia. Bahkan, misi itu menjadai landasan terciptanya proyek masa depan Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS).
Saat ini dua kosmonot Rusia dan satu AS 'bermukim' di ISS. Kru Ekspedisi 44 sedang mengantisipasi kedatangan kosmonot tamahan dari Rusia, AS, dan Jepang. Mereka akan berangkat pada 22 Juli.
Hari ini, 18 Juli 2015, keduanya bertemu untuk bernostalgia.
Keduanya adalah kosmonot dan astronot yang terlibat Apollo-Soyuz Test Project, Juli 1975. AS meluncurkan Apollo, dan Uni Soviet melepas Soyuz. Dua pesawat luar angkasa itu bertemu di ruang angkasa, yang ditandai dengan Leonov-Stafford saling jabat tangan.
Dunia melihat peristiwa itu sebagai sinyal detente, atau peredaan ketegangan pertama, dan akhir space race yang melibatkan AS dan Uni Soviet.
"Juli 1975, Apollo dan Soyuz bergandengan. Kami bekerja bersama," kenang Stafford kepada Russia Today.
"Peristiwa itu adalah bukti bahwa dua negara dengan bahasa dan sistem politik berbeda bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan tunggal," lanjutnya.
Menurut Stafford, Juli 1975 adalah puncak Perang Dingin. Dunia nyaris terjerumus ke dalam Perang Dunia III, yang melibatkan senjata nuklir, dan umat manusia di berbagai belahan dunia terancam kepunahan.
"Jabat tangan kami membuktikan politik tidak pernah mencapai ruang angkasa," katanya.
Jabat tangan diikuti 46 kerja sama dan rekreasi. Ada eksperimen ilmiah bersama, saling bertukar hadiah, sertifikat, dan saling kunjung kru Soyuz dan Apollo.
"Kru berbincang dalam Bahasa Rusia dan Inggris saat makan malam," kata Leonov.
Stafford dan Leonov sadar betapa keduanya telah menjadi simbol persahabatan dua kekuatan yang terlibat Perang Dingin. Kesadaran ini diperlihatkan dengan persahabatan intens, setelah keduanya kembali ke Bumi.
Sampai saat ini warisan misi Apollo-Soyuz masih menjadi obligasi kerjasama AS dan program ruang angkasa Rusia. Bahkan, misi itu menjadai landasan terciptanya proyek masa depan Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS).
Saat ini dua kosmonot Rusia dan satu AS 'bermukim' di ISS. Kru Ekspedisi 44 sedang mengantisipasi kedatangan kosmonot tamahan dari Rusia, AS, dan Jepang. Mereka akan berangkat pada 22 Juli.
Comments
Post a Comment